Prestasi sepakbola itu butuh proses, cepat dan lambat tergantung secara keseluruhan baik itu pemain maupun coach sebagai peracik, pengolah dan juga pengasah dalam menentukan strategi dan cara bermain.
Sejak Desember 2019, pelatih STY menangani timnas Indonesia dengan kosong kompetisi di masa pandemi covid-19 antara 2020-2022 praktis effective selama tiga tahun , waktu yang digunakan dalam meracik timnas untuk menjadi salah satu tim yang disegani di Asia.
Sepakbola adalah olahraga yang membutuhkan chemistry dan rasa kebersamaan yang tinggi dalam menggalang bermain, saling pengertian dan memahami karakter serta tipikal bermain menjadi satu kesatuan.
Program naturalisasi menjadi salah satu dalam upaya mengejar jarak, skill, pengalaman dan juga para pemain untuk mampu bersaing pada level Asia. Hal ini bisa dilihat dari peringkat timnas Indonesia yang tadinya kisaran 175 saat ini sudah memasuki peringkat 125, kenaikan atau peningkatan sebanyak 50 bukan hal yang mudah…
Kevin Diks, Mess Hilgers, Eliano baru seumuran jagung bergabung, jelas butuh waktu memahami kemampuan pelatih serta memahami rekan – rekannya di timnas.
Bergabungnya para pemain diaspora dengan timnas tidak secara bersamaan, ini yang harus difahami. Mereka ( yang berkompetisi di Eropa dan AS) juga butuh waktu penerbangan untuk bergabung bersama, ini juga melelahkan perjalanan.
Jika saat ini sudah mampu mengumpulkan 6 poin, menjadi yang terbaik jika dibandingkan dengan wakil Asia Tenggara lainnya, Vietnam poin 4 dan Thailand poin 2 ketika mengarungi fase ketiga atau round-3.
Waktu terus berjalan, sementara pemain yang bermain di Liga 1 mulai membuktikan kapasitasnya seperti Rizky Ridho, Yakin Sayuri yang mendapatkan tempat untuk starting eleven, juga Marcelino yang bermain di klub luar mulai menunjukkan kemampuannya pada saat diperlukan.
Kalau ada kekurangan, sudah tentu diperbaiki, tidak dihakimi. Hubner yang terkena kartu merah, memang itu tugasnya, menghalangi lawan untuk tidak leluasa menguasai bola. Suai dengan julukan “preman” Yang disematkan, selalu berapi-api dalam bermain.
Demikian juga Jenner, sebagai gelandang angkut air. Permainannya mengingatkan kepada pemain Gattuso ( AC Milan) menjadi tembok dan sekaligus menghalangi lawan untuk bisa menguasai bola, memang rawan terhadap hukuman kartu dari wasit dan itu sudah resiko.
Waktu jualah yang nantinya akan menjawab semua keinginan para fans timnas Indonesia, hidup sudah semestinya seperti itu. Sukses tentu ada yang suka dan juga sedikit yang tidak suka terkadang yang sedikit kadang lebih banyak ceritanya mirip cerita bersambung…. Jangan pernah luntur oleh waktu…..***